Saturday, August 28, 2010

Sadar dan Tidak Sadar

Oleh Mas Boy Syahputra

Coba perhatikan kedua gambar dibawah ini :

Apa kesamaan dan perbedaan dari kedua gambar tersebut? Kesamaan kedua gambar tersebut menunjukkan bahwa seorang anggota Merpati Putih mempunyai kemampuan untuk melakukan pemukulan/pematahan benda keras tanpa harus merusak atau mematahkan objek diatasnya.

 Terus apa yang menjadi perbedaan dari kedua gambar tersebut. Ya jelas satu orang Amerika yang satu orang Indonesia :) tapi bukan itu perbedaan yang ingin penulis sampaikan. Gambar atas adalah Mas Mike Zeleznick dari MP USA yang telah mempelajari MP lebih kurang 10 tahun dan sekarang telah mencapai tingkatkan Khusus 1, beliau mampu melakukan pukulan tersebut dengan sadar atau dengan kata lain beliau dapat menentukan tegel nomor berapa yang ingin dia patahkan tanpa mematahkan tegel lainnya. 

Gambar bawah adalah penulis ketika gambar ini diambil, penulis masih ditingkat Dasar 2 lebih kurang 12 tahun yang lalu dan dapat dilihat penulis dapat melakukan pemukulan punggung siku kebawah tanpa merusak/mematahkan beton yang diatasnya. Padahal ketika itu penulis diminta untuk melakukan punggung siku dengan sasaran 2 beton dan secara tidak sadar penulis hanya mematahkan beton bagian bawah saja dan saat itu tanpa tahu sebabnya kenapa hanya beton yang dibawah saja yang patah. 

Perlukah Anak Ikut Bela Diri ?

Tak usah cemas ia bakal cedera atau jadi sok jagoan. Justru dari sini ia belajar disiplin dan patuh. Perkembangan motoriknya pun makin baik. Mendengar kata "beladiri", boleh jadi yang terbayang di benak kita adalah kekerasan yang melibatkan adu fisik. Tak heran jika banyak orang tua "alergi" terhadap cabang olahraga yang satu ini. Jangankan untuk si kecil yang balita, anaknya yang sudah besar pun kalau bisa akan dicegah agar jangan sampai masuk klub beladiri.

Namun apa yang terjadi di luar? Belakangan ini malah marak berdiri klub beladiri khusus balita. Bahkan, taman bermain dan preschool pun banyak yang memasukkan beladiri sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Nah, bila di "sekolah" si kecil ada kegiatan tersebut, bukan tak mungkin ia akan ngotot ikut. Sementara kita khawatir si kecil bakal cedera atau malah kelak jadi tukang berantem.

Menonjolkan Olahraga

Memang, beladiri termasuk jenis olahraga combattive sport. Artinya, olahraga pertarungan yang melibatkan full body contact. Olahraga ini melibatkan kontak fisik dengan orang lain yang dipandang menimbulkan ancaman, lalu menyerang. Olahraga beladiri banyak jenisnya, kebanyakan berasal dari Asia Timur, yaitu Jepang dan Korea. Ada pula yang berasal dari Indonesia asli seperti pencak silat.

Thursday, August 26, 2010

Perkembangan Pencak Silat di Jepang

Mas Ipung (Yuli Purwanto), itulah sebutan akrabnya di dunia silat baik di Japsa (Japan Pencak Silat Association) maupun aliran spesialisnya Merpati Putih. Di Jepang, secara de-facto ia telah merepresentasikan Indonesia, melalui aktifitas seni beladirinya, masyarakat Jepang telah mengenalnya, baik dalam even-even sosial budaya maupun di media cetak dan layar televisi.

MP Jepang : Ki-Ka  Mas Dicky Arisalfa, Mas Danardono Antono, Mas Ipung, Mas Berin Lee, Mas Nathaniel York
Seni beladiri telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan, sangat melekat, sehingga semua tutur kata dan tindakannya, menggambarkan ajaran filosofis dunia perguruan beladiri yang mengedepankan kesatriaan, kejujuran, kesederhanaan dan kekompakan.

Ia adalah aset bangsa yang bisa dijadikan ikon diplomasi informal. Dengan aktifitasnya, ia membantu mempopulerkan Indonesia yang pada akhirnya memberi kontribusi positif terhadap persahabatan nyata dengan masyarakat Jepang. Tanpa disadari, jalur informal yang ia sumbangkan telah membentuk kesan yang sangat baik tentang Indonesia bagi masyarakat Jepang.


Monday, August 23, 2010

"KUDI" Senjata Khas Merpati Putih


Karya : Poerwoto Hadipoernomo / Mas Pung ( Guru Besar PPS Betako Merpati Putih )
Harga satuan : Rp. 450.000,- ( belum termasuk ongkos kirim )
Termasuk : - Sertifikat tanda tangan Guru Besar & Pewaris
- Nomor Register
- Senjata
- Box
- Ukuran : Panjang : 38 cm Lebar : 5 cm
- Bisa di pajang atau dipakai ( Tajam )


Friday, August 20, 2010

Filosofi Pencak Silat - Mengungkap Kearifan di Balik Kekerasan

Oleh Bapak Gending Raspuzi  SH(Guru Pencak Silat Jawa Barat)

Di awal tahun 1980-an, selepas Shalat Isya, di kaki Gunung Karang nun jauh di Pandeglang Banten, seorang Guru sedang memberi petuah kepada muridnya. Dia memperagakan jurus, tubuhnya bergerak diikuti dengan langkah waspada, dibarengi dengan gerak tangan yang sangat lembut. Sambil bergerak ia bertutur dalam bahasa Sunda:

Sarigig kudu jeung harti, salengkah jeung pipikiran,
Mun sidik alus lakonan, mun sidik goreng singkahan,
Cokot nu alusna, piceun nu gorengna,
Urang pulangkeun deui ka Nu Agung.

Sambil memberi contoh gerak, Sang Guru memberi petuah berupa Kaedah Silat, diawali dengan mewanti-wanti bahwa setiap gerak apapun harus memiliki arti, maksud dan tujuan (sarigig kudu jeung harti). Sambil melangkah ia berujar, “Langkah kita baik maju, mundur, atau ke samping harus dilakukan dengan pikiran dan hati tenang penuh kewaspadaan.” (salengkah jeung pipikiran). “Jika posisi kita dirasakan menguntungkan, maka lanjutkan, tapi jika posisi kita dirasakan merugikan, janganlah gerak itu diteruskan.” (mun sidik alus lakonan, mun sidik goreng singkahan).
Ia melanjutkan gerakan jambretan dan ririkesan dengan kecepatan yang luar biasa sambil berujar “Jika ada anggota tubuh lawan yang tidak terjaga, misalnya tangan atau jari, cepatlah ambil dengan teknik kuncian atau patahan.” (cokot nu alusna), kemudian dengan gerakan ringan dan cepat ia memperagakan gerakan coplosan dan liliwatan, “Jika tenaga lawan dirasakan berat, jangan ditahan! belokkan atau dibuanglah!” (piceun nu gorengna), dan diakhiri dengan gerakan jeblag sambil menghentakkan kaki ke tanah ia berujar, “Jika badan lawan sudah tidak terhalang lagi maka lakukanlah serangan balik.” (urang pulangkeun deui ka Nu Agung).
Si Murid mengikuti gerakan sambil mencoba merenungkan apa yang dikatakan gurunya.

Begitulah, Sang Guru mencoba menerangkan kaidah pencak silat lewat bahasa gerak dan diperkuat dengan bahasa lisan.
Menjelang tengah malam, Sang Guru kembali berujar: “Sesungguhnya kaidah yang telah disampaikan tadi, bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal kamu dalam mengarungi hidup ini.”

Bagaimana uraian Sang Guru? Nanti kita sambung lagi.

(Untuk teman-teman penggemar pencak silat, mari bergabung di Grup Garis Paksi, (http://www.facebook.com/profile.php?id=1139813199&ref=ts#!/garispaksi?ref=ts) kita bisa berdiskusi sampai puas dalam rangka silih simbeuhan ku pangarti (saling berbagi, sharing).

MELIHAT TANPA MATA

Interview terakhir Alm Mas Budi dengan Majalah INTISARI tahun 1999.

Selain mata, manusia rupanya diberi "indera penglihatan kedua". "Mata kedua" itu bisa berupa ujung hidung atau ujung telinga, sentuhan tangan, ujung jari, atau ujung siku. Dengan latihan tertentu, seorang tunanetra bahkan mampu "melihat" seperti halnya orang biasa.

Suatu hari di tahun 1945 seorang pria bernama Kuda Bux menunggangi sepeda, lalu mengayuhnya, menembus lalu lintas New York. Ia menerobos Times Square yang ramai, dan akhirnya tiba di tempat tujuan, tanpa celaka sedikit pun. Tampaknya, itu peristiwa biasa. Namun ternyata ia melakukannya dengan mata tertutup rapat. Bagaimana ia bisa "melihat" arah tujuannya? Pertanyaan yang tetap belum ditemukan jawabannya itulah yang membuat Bux terkenal pada 1930 - 1940-an.

Jauh sebelum itu ilmuwan Irlandia Robert Boyle (1627 - 1691) menemukan kasus tentang seorang pria yang dapat mengenali warna lewat sentuhan tangannya. Kemudian pada tahun 1893 beberapa dokter di Brooklyn, New York, menceritakan bagaimana Mollie Fancher yang tunanetra membaca buku cetak standar - bukan berhuruf braille - dengan ujung jarinya.

Pada saat bersamaan di Italia ahli saraf dr. Cesare Lombroso mengamati gadis tunatera berusia 14 tahun yang dapat "melihat" dengan telinga kiri dan ujung hidung. Ketika Lombroso mencoba menusuk hidungnya dengan sebatang pinsil, gadis itu tersentak menyingkir dan menangis, "Kamu ingin membuatku buta, ya?"

Ratings and Recommendations by outbrain