Oleh : Randy Wirayudha - Okezone
Dewasa ini, banyak aliran-aliran beladiri dari luar (negeri), menginvasi Indonesia. Beladiri macam Karate, Judo, Taekwondo, Capoeira, Jiu-Jitsu, Aikido, Kempo, Muay-thai dan Vovinam, ternyata banyak menarik minat kaum muda Indonesia di era modern ini.
Sementara pencak silat sebagai warisan budaya beladiri bumi pertiwi, sedikit demi sedikit terkikis dari perhatian golongan muda. Pasalnya, dogma yang menyebut pencak silat sebagai beladiri yang ‘kampungan’, masih cukup melekat.
Silat juga kerap dianggap memiliki akar yang identik dengan suatu agama. Pandangan ini tidak bisa dipungkiri karena sebagian perguruan menggunakan atribut agama, seperti penggunaan mantra dan ritual-ritual yang hanya bisa dilakukan oleh kalangan agama tertentu. Adanya penggunaan mantra-mantra itu juga membuat orang melihat Pencak Silat sebagai suatu aktivitas klenik. Sebab, itu tak heran bila segmentasi pencak silat kurang meluas.
Namun citra negatif itu perlahan terkikis dengan hadirnya seumlah perguruan silat yang lebih inklusif, dan modern, seperti Merpati Putih (MP). Perguruan ini, mengembangkan banyak hal untuk menghilangkan dogma negatif pencak silat. MP, mengemas metode dan materi latihan, yang sebenarnya bisa dikatakan, modern jika dibandingkan kebanyakan perguruan yang ada.
Modern karena semua keilmuan yang ada, didasarkan metode latihan yang bisa dikaji secara logis dan ilmiah, tanpa embel-embel ritual keagamaan atau yang berbau klenik. Selain itu, MP juga mengentaskan pembatasan anggota yang sebelumnya ‘terbatas’.