Friday, October 16, 2009

Sejarah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)

Pada tahun 1950 Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta. Perpindahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, kantor-kantor pemerintah dan pegawai-pegawainya.

Demikan pula Pengurus Besar IPSI secara de facto berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, namun tidak semua anggota pengurus-pengurus Besar Ikata Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Manajemen dan Operasional PB IPSI pun melambat sedang sistem kendali terhadap Pencak Silat semakin menyusut.

Pada tahun 1950 tersebut Negara Republik Indonesia juga sedang dirongrong oleh gerakan separatis Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) yang bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia.
Untuk melawan DI/TII tersebut Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) yang dimaksudkan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, maka aliran Pencak Silat yamg termasuk PPSI ialah Perguruan Pencak Silat aliran Pasundan.

Sehingga timbulah dualisme dalam pembinaan, pengendalian Pencak Silat di Indonesia. Kebetulan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) lebih banyak melaksanakan pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII.
Persatuan dan kesatuan jajaran Pencak Silat di Indonesia menjadi lebih terancam lagi dengan adanya Perguruan Pencak Silat yang mengembangkan Pencak Silat tersendiri di luar IPSI dan PPSI, misalnya Bapensi, Perpi, Silat Betawi, dll.
Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar Pencak Silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Sedangkan PPSI pun setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan Pencak Silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 ikut mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI Induk Organisasi Olah Raga pada tahun 1950 masih KOI dan PORI, tahun 1960-an menjadi KOGOR, menjelang Asian Games ke-IV/ 1962 di Jakarta KOGOR dibubarkan dibentuk DORI. KOGOR (Komando Gerakan Olah Raga), DORI (Dewan Olah Raga Indonesia).
DORI dipimpin secara ex officio oleh Presiden Soekarno dan Menteri Olah Raga Maladi. Bp. Maladi mantan Ketua Persatuan Sepak Bola Solo (PERSIS) mengetahui benar pembentukan IPSI pada tahun 1948, sehingga beliau juga menganggap IPSI sebagai satu-satunya induk Organisasi Cabang Olah Raga Pencak Silat.

Apalagi pada tahun 1969 tanggal 31 Desember IPSI ikut mendirikan Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) maka status keanggotaan IPSI di KONI adalah sebagai Pendiri menjadi lebih kokoh lagi.

Pada Era tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan agar dapat disusunnya suatu peraturan pertandingan Pencak Silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga, yang dapat dipertandingkan ditingkat Nasional.
Para Laborat, terdiri dari : Bp.Arwono Adji HK dari Perisai Diri, Bp. Januarno dan Bp. Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Bp. Moch Hadimulyo dibantu Dr. Rachmadi dan Dr. Djoko Waspodo dari KPS Nusantara. Sebagai informasi sebelumnya, sejak PON ke IV di Bandung, Pencak Silat hanya dipertandingkan dalam bentuk demonstrasi (eksebisi), dalam bentuk permainan tunggal (solospel) dan permainan ganda dan ini berlangsung sampai PON ke VII di Surabaya.
Menjelang Kongres IPSI ( Munas ) IPSI ke IV tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena Bp. Mr. Wongsonegoro pada saat itu sudah tua sekali.

Bp. Brigjen Tjokropranolo ( terakhir Letjen TNI ) yang pada saat itu menjabat selaku Gubernur DKI Jakarta, bersedia menjadi calon Ketua Umum PB IPSI. Kemudian Bp. Tjokropranolo dibantu oleh Perguruan Pencak Silat antara lain : Dari Tapak Suci Bp. Tanamas, Bp. Haryadi Mawardi; Dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo; Dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK; Dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro; Dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi; Dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro; Dari Putera Betawi Bp.H. Saali; Dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain; Dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.

Atas jasa Bp. Tjokropranolo, kemudian berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer, maka IPSI setuju berintegrasi pada IPSI, dan Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI.
PAda Kongres IPSI ke IV, Bp.H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI. Kedudukan beliau sebagai Ketua Bidang Seni kenudian digantikan oleh Bp. HMSTA Johny.
Pada waktu Bp. Tjokropranolo menyusun kepengurusan PB IPSI, banyak diantara tokoh-tokoh tersebut diatas bergabung menjadi anggota PB IPSI untuk bersama-sama meningkatkan kewibawaan, kemantapan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah.
Bapak Tjokropranolo juga merintis berdirinya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa disingkat PERSILAT yang kemudian diperkuat oleh Bp.H. Eddie M.Nalapraya.

Perguruan Pencak Silat yang ikut memperjuangkan utuhnya IPSI tersebut pada Kongres IPSI ke IV/1973 ditetapkan sebagai 10 (sepuluh) Perguruan Pencak Silat yang dianggap memenuhi syarat sebagai Anggota IPSI Pusat. Jasa pemersatu IPSI sebagai ganti persyaratan anggota IPSI Pusat.
Dalam kurun waktu kepengurusan Bp.Tjokropranolo salah satu anggota IPSI Pusat mohon kepada Ketua Umum PB IPSI agar perguruannya dikeluarkan dari keanggotaannya di IPSI Pusat, karena merasa bahwa perguruannya tidak memenuhi persyaratan sebagai anggota IPSI Pusat, namun Bp. Tjokropranolo menjawab bahwa keanggitaan 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebut di IPSI Pusat tidak tergantung memenuhi syarat atau tidak ketentuan keanggotaan IPSI Pusat, melainkan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Pada tahun 1974 bulan November oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan diselenggarakan Seminar Olah Raga Asli di Tugu, Cipanas sebagai langkah awal untuk memasukkan Pencak Silat disekolah, Penciptaan Senam Pagi seri A,B,C,D yang mengambil unsure gerakan Pencak Silat. Pencak Silat juga asudah berhasil masuk sebagai kurikulum disekolah. Akan tetapi ternyata IPSI dan anggotanya tidak mampu mensilabus dan kurikulum disekolah yang bersangkutan.
Pada waktu kepemimpinan Bp. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi “10 (sepuluh) Perguruan Historis“, setelah sebelumnya disebut sebagai “Top Organisasi“ juga “Perguruan Induk“ dan kemudian “Perguruan Anggota Khusus”, dimana keanggotaannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara didalam Munas.
Mengikuti pola keanggotaan tersebut, maka pada saat pendirian PERSILAT, diadakan pula sebutan “Negara Pendiri“ yang merupakan Negara-Negara yang pertama kali mendirikan PERSILAT, dan memiliki hak khusus, yakni memiliki hak untuk menempatkan personilnya sebagai President of PERSILAT (Ketua Umum PERSILAT) secara bergiliran diantara para Negara Pendiri tersebut.

Sumber : IPSI


Thursday, October 15, 2009

PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa)


PERSILAT, akronim dari Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa, yang didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1980, adalah satu-satunya organisasi internasional Pencak Silat di dunia.

Bapak-Bapak pendiri PERSILAT, yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan menggagas, memprakarsai, memikirkan, membahas dan mewujudkan hal-hal yang berhubungan dengan pendirian PERSILAT, terdiri dari 13 orang tokoh yang berasal dari Indonesia (IPSI), Singapura (PERSISI) dan Malaysia (Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan). Mereka adalah:

1. Tjokropranolo (Indonesia)
2. Eddie M. Nalapraya (Indonesia)
3. Junaedi (Indonesia)
4. Yanuarno (Indonesia)
5. Suhari Sapari (Indonesia)
6. Haryadi Mawardi (Indonesia)
7. Hisbullah Rachman (Indonesia)
8. Harsoyo (Indonesia)
9. Oyong Karmayudha (Indonesia)
10. Yacub Mohammad (Singapura)
11. Johari Urief (Singapura)
12. Rahman Hasan (Malaysia)
13. Zainal Abidin (Malaysia)

Sejak saat didirikannya (1980) sampai tahun 1983, PERSILAT dikelola secara kolektif oleh sebuah Presidium yang terdiri dari 7 anggota. Eddie M. Nalapraya ditetapkan sebagai Ketua Presidium. Tugas Presidium adalah antara lain menyelenggarakan Kongres PERSILAT. Kongres PESILAT yang pertama diselenggarakan oleh Presidium pada tahun 1983 di Kuala Lumpur.
Asas PERSILAT adalah persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan menghormati satu sama lain serta tidak membeda-bedakan kebangsaan dan agama. PER-SILAT adalah organisasi non-politik.

Visi PERSILAT adalah menjadikan Pencak Silat sebagai cabang olahraga yang menarik dan diminati di seluruh dunia.
Misi PERSILAT adalah memperjuangkan Pencak Silat untuk dapat dipertandingkan pada tingkat SEA Games, Asian Games, Commonwealth Games dan Olimpiade.

Tujuan PERSILAT adalah :

1. Menggali, memelihara, melestarikan, mengembangkan dan memasyara-katkan Pencak Silat beserta nilai-nilainya ke seluruh dunia, sebagai warisan budaya Nusantara bernilai tinggi, yang mempunyai aspek mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.
2. Membina, mengembangkan, mempersatukan dan menyelaraskan berbagai kegiatan di antara organisasi Pencak Silat di berbagai negara.
3. Menjadikan Pencak Silat sebagai sarana untuk membina pribadi utuh yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berjiwa kesatria, jujur dan adil serta rendah hati dan bertanggungjawab dalam mewujudkan persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan, persatuan dan persahabatan di antara bangsa-bangsa serta perdamaian dunia yang dinamis, adil, beradab dan abadi.
4. Memelihara dan menghormati kepentingan masing-masing anggota PERSILAT.

Pada dasarnya, setiap organisasi nasional Pencak Silat, baik yang telah maupun yang belum diakui oleh badan nasional yang berwenang, dapat menjadi anggota PERSILAT, bahkan organisasi Pencak Silat yang belum berkualifikasi sebagai organisasi nasional, dapat menjadi anggota PERSILAT apabila ia dipandang layak mewakili negaranya.

PERSILAT mempunyai 4 tingkat keanggotaan, yakni : anggota pendiri, anggota bersekutu, anggota bergabung dan anggota muda.
Anggota pendiri terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat yang berada di 4 negara pendiri PERSILAT, yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Perseku-tuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat Singapura (PERSISI) dan Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam (PERSIB).
Anggota bersekutu PERSILAT terdiri dari organisasi-organisasi nasional Pencak Silat resmi. Anggota bergabung PERSILAT terdiri dari organisasi-organisasi nasional Pencak Silat belum resmi. Anggota muda PERSILAT terdiri dari organisasi-organisasi Pencak Silat.
Sampai pertengahan tahun 2006, Pencak Silat telah menyebar di 28 negara and telah diwadahi dalam organisasi-organisasi Pencak Silat, yakni di :

1. Indonesia (Ikatan Pencak Silat Indonesia / IPSI / Indonesian Pencak Silat Association).
2. Singapura (Persekutuan Silat Singapura / PERSISI / Singaporian Silat Federation).
3. Malaysia (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia / PESAKA / National Silat Federation of Malaysia).
4. Brunei Darussalam (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalan / PERSIB / National Silat Federation of Brunei Darussalam).
5. Thailand (Pencak Silat of Thailand / PSAT).
6. Vietnam (Ikatan Pencak Silat Vietnam / ISAVIE).
7. Filipina (Philippines Pencak Silat Association / Philsilat).
8. Myanmar (Myanmar Pencak Silat Association / MPSA).
9. Laos (Pencak Silat of Laos / PSL).
10. Australia Barat (Western Australia Pencak Silat Association / WASPA).
11. Nederland (Nederlandse Pencak Silat Bond / NPSB).
12. Jepang (Japan Pencak Silat Association / JAPSA).
13. Spanyol (Federation Espanola Pencak Silat / FEPS / Pencak Silat Spanish Federation).
14. Austria (Pencak Silat Verband Oesterreichs / PSVO / Pencak Silat Association of Austria).
15. Suriname ( Suriname Pencak Silat Association / SPSA).
16. Inggris ( Pencak Silat Federation of The United Kingdom / PSFUK).
17. Belgia (Pencak Silat Union of Belgium / PSUB).
18. Jerman (Pencak Silat Union Deutschland / PSUD / Pencak Silat Union of Germany).
19. Perancis (Association France Pencak Silat / AFPS / Pencak Silat Association of France).
20. Swis (Pencak Silat Switzerland / PSS).
21. Turki (Turkish National Pencak Silat Association / TNPSA).
22. Kanada (Persekutuan Kanada Silat / PERKASA).
23. Palestina (Palestine Association of Seni Silat / PASS).
24. Yaman (Yemen Pencak Silat Federation / YPSF).
25. Nepal (Nepal Silat Association /NSA).
26. Rusia (Russian Pencak Silat Federation / RPSF).
27. India (Indian Pencak Silat Association / IPSA).
28. Italia (Federazione Italiana Pencak Silat / FIPS / Pencak Silat Federation of Italy).

Organisasi-organisasi Pencak Silat tersebut telah diakui, diterima dan ditetapkan sebagai anggota PERSILAT.

Tingkat kepengurusan PERSILAT terdiri dari Pengurus Federasi Pusat yang dipilih dan ditetapkan oleh dan dari anggota pendiri PERSILAT dalam Kongres PERSILAT dan 5 Pengurus Federasi Regional untuk region Asia, Eropa, Amerika, Pasifik dan Afrika, yang masing-masing dipilih dan diangkat oleh dan dari anggota region yang bersang-kutan dalam Sidang Pleno Regional. Masa bakti Pengurus Federasi Pusat adalah 4 tahun dan masa bakti Pengurus Federasi Regional adalah 3 tahun.
Lembaga tertinggi bagi PERSI-LAT dan semua anggotanya adalah Kongres atau Sidang Umum PERSILAT yang dilaksanakan 4 tahun sekali di tempat yang ditetapkan oleh Kongres PERSILAT sebelumnya. Peserta kongres ini adalah wakil-wakil Pengurus Pusat, anggota pendiri, Pengurus Kawasan, anggota bersekutu, anggota bergabung dan anggota muda.

Kode etik manusia Pencak Silat di seluruh dunia, yang disebut pesilat, adalah “Ikrar Pesilat”, yang berarti pernyataan janji manusia Pencak Silat kepada dirinya sendiri. “Ikrar Pesilat” terdiri dari 5 butir janji, yang naskah lengkapnya adalah sebagai berikut :

1. Pesilat adalah pribadi yang berbudi pekerti luhur.
2. Pesilat adalah insan yang menghormati sesamanya serta mencintai persaha-batan dan perdamaian.
3. Pesilat adalah insan yang selalu berpikir dan bertindak positif, kreatif dan dinamis.
4. Pesilat adalah kesatria yang menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan serta senantiasa tahan uji dalam mengha-dapi godaan dan cobaan.
5. Pesilat adalah kesatria yang senantiasa mempertanggungjawabkan kata-kata dan perbuatannya.

Lambang PERSILAT dan penjelasannya disusun bersama oleh : Zahari (PERSISI), Oyong Karmayudha (IPSI) dan Zainal Abidin (PESAKA). Lambang tersebut disahkan oleh Kongres pertama PERSILAT tahun 1985. Setelah PERSIB ditetapkan sebagai Anggota Pendiri PERSILAT, lambang PERSILAT tersebut dilengkapi dengan gambar padi.

Sejak Kongres PERSILAT pertama yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 1983 sampai Kongres PERSILAT yang ke-7 pada bulan Desember 2005 in Singapura, Eddie M. Nalapraya selalu dipilih dan ditetapkan kembali sebagai Presiden PERSILAT.

Sumber : Persilat.org

Tuesday, September 15, 2009

Mengenal Mas Poeng dan Mas Budi (alm)

Poerwoto Hadipoernomo atau yang lebih dikenal dengan Mas Poeng lahir di kota gudeg Yogyakarta pada 1 Desember 1944. Sebagai pewaris ilmu Bela Diri Tangan Kosong (Betako), sejak kecil akrab dengan tempaaan keilmuan Merpati Putih, ayahnya sendirilah yang selalu mengasah dengan ilmu beladiri ini. Ayahnya menanamkan disiplin, kerja keras, dan berani.
Bahkan ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, suatu malam ayahnya mengajak jalan kaki menempuh jarak +40 km ke pantai parang kusumo untuk latihan. Ditengah-tengah latihan oleh ayahnya ditinggal sendirian di pantai yang gelap gulita, anak yang masih duduk di bangku SD itu harus pulang jalan kaki dikegelapan malam. Setelah beranjak dewasa, hasil tempaan orang tuanya mulai dipahami. Mas Poeng demikian panggilan akrab guru besar perguruan Merpati Putih, tidak pernah puas dengan hasil kerja kerasnya. Ia selalu belajar dan mendalami keilmuan yang berasal dari Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Amangkurat ini.
Agar perguruan ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan terorganisir dengan baik, maka pada 17 April 1998, ia mendirikan Yayasan Saring Hadipoernomo. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, ilmu kanuragan warisan orang tuanya mulai dikembangkan dan diteliti secara ilmiah bersama dengan adiknya, R Budi Santoso.
Sumber : MP Pusat

Thursday, September 10, 2009

Merpati Putih dan Penelitian Ilmiah

Tahun 1973

Kerjasama dengan penelitian dan pengembangan Akademi Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara dan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Penelitian mengenai Perbandingan Latihan Metode Merpati Putih dengan Metode Aerobics DR. Cooper terhadap Kesegaran Jasmani.
Obyek Penelitian :
- 20 orang Taruna dilatih dengan metode DR. Cooper
- 20 Orang Taruna dilatih dengan metode Merpati Putih.
Cara Penilaian
- Sesuai dengan penilaian dari DR. Cooper yang inenilai kemampuan aerobics yaitu kemampuan sistem respirasi dan kardiovaskuler
- Aerobics dan Margaria, yaitu menilai kemampuan otot-otot untuk bekerja secara anerobics
- Mengukur Timed Vital Capacity untuk menilai sifat kelenturan jaringan paru-paru.
Kesimpulan
1. Kelompok taruna yang dilatih dengan metode Merpati. Putih yang latihan aerobic-nya kurang, berhasil menyamai kelompok Taruna dengan Metode Aerobics DR. Cooper.
2. Waktu untuk berlari menempuh jarak 1600 meter serta Timed Vital Capacity antara kedua kelompok tidak ada perbedaan.
3. Dari peengamatan yang telah dilakukan ini dapat diduga bahwa metode latihan Merpati Putih tidak inenimbulkan suatu kelainan yang bersifat merugikan / mengganggu kesehatan.
4. Kelebihan dari metode Merpati Putih dapat inenarnbah keinampuan
Penelitian ini dipimpin oleh Prof. DR. Achmad Muhammad dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Jogyakarta.
Tahun 1983
Kerjasama dengan Pusat Jasmani Militer Komando Pengembangan Pendidikan dan Latihan TNI AD. Penelitian tentang Latihan Pernafasan Merpati Putih untuk mendapatkan daya tahan, menghimpun serta penyaluran tenaga.
Obyek Penelitian :
Prajurit TNI AD yang dilatih metode Merpati Putih selama satu tahun penuh.
Cara Penilaian
Cara penilaian diarahkan pada faktor pendukung peningkatan kemampuan jasmani, yaitu
1. Unsur Postur Tubuh
2. Unsur Kesegaran Jasmani
3. Unsur ketangkasan
Kesimpulan
1. Latihan Pernafasan Merpati Putih perlu disebarluaskan dilingkungan TNI AD khususnya dan ABRI pada umumnya.
2. Program latihan pernafasan sangat ekonomis, efisien dan efektif karena tidak menuntut sarana, prasarana, waktu dan biaya yang mahal.
Tahun 1984
Bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Pertamina Jakarta. Penelitian tentang Manfaat latihan Merpati Putih untuk meninggikan kesiagaan Fisik Mental.
Obyek Penelitian
- 5 Orang wanita, berumur antara 25 - 35 tahun
- 19 orang pria, berumur antara 29 - 42 tahun
Cara Penilaian
- Kemampuan Aerobics dinilai dari bilangan nadi, sesudah objek penelitian coba melakukan kerja selama 6 menit dengan beban 100 W (wanita) dan 125 W (Pria) dengan mendayung ergometer Sepeda Listrik (Eleina Schonander) .
- Kekuatan statik otot, dengan mengukur kuat genggam tangan kanan dan kin pada Dinamometer Genggam TTK.
- Daya pernafasan, dengan mengukur kekuatan otot pernafasan
  1. MBC (kemampuan bernafas maksimum) dengan frekuensi pernafasan 60 (wanita) dan 50 (pria).
  2. VC (Kapasitas Vital).
  3. FEV (penghembusan nafas paksa dalam satu detik).
- Daya Konsentrasi dan reaksi (Psikofisiologis) dengan 3 jenis, yaitu
a. Ukuran Kesiagaan Mental (Bourdon Wiersina)
b. Waktu Reaksi
c. Frekuensi kedip kritik (ukuran kesiagaan sentral )
Kesimpulan
1. Semua fungsi fisiologis dan psikologis kecuali waktu reaksi dan frekuensi kedip kritik, inenunjukkan kenaikkan (perbaikan).
2. Hal yang ditonjolkan sebagai suatu ciri khas latihan Merpati Putih, ialah latihan-latihan kerutan otot secara isometrik, yang di harapkan akan menaikkan kekuatan otot. Agaknya dapat dibuktikan dari perbaikaan MBC (kemampuan bernafas Maksimum), VC (Kapasitas Vital) dan FEV (Penghernbusan nafas paksa dalam 1 detik), disamping penambahan kekuatan genggam tangan.
Tahun 1985
Bekerjasa sama dengan Batalyon Infantri 203/Arya Kamuning.
Obyek Penelitian
Seluruh anggota Batalyon Infantri 203/Arya Kamuning dilatih dengan menggunakan metode Merpati Putih selama 5 bulan, dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu @ 90 menit.
Kesimpulan
1. Kemampuan kesegaran jasmani meningkat
2. Kemampuan ketrampilan perorangan ikut meningkat, terbukti Prestasi Yon If. 203 dalam lomba serangan batalyon Seluruh Indonesia (1985) berhasil keluar sebagai juara Pertaina dengan mencatat waktu lebih cepat dari yang ditetapkan.
Tahun 1987
Bekerjasama dengan Yayasan Jantung Sehat dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Penelitian dipimpin oleh Dr. Dede Kuswara
Obyek Penelitian
- 2 Orang Tingkat Dasar Dua dengan usia 60 tahun keatas
- 2 Orang Tingkat Balik Satu dengan usia 40 - 55 tahun
- 2 Orang Tingkat Balik Dua dengan usia 30 - 40 tahun
Obyek coba diminta untuk mengadakan latihan Merpati Putih selama 60 (enampuluh) menit, kemudian diteliti tingkat kesegaran jasmani dan pemulihan kembali pada kondisi fisik semula.
Kesimpulan
1. Tingkat kesegaran dinyatakan baik dan meningkat
2. Pemulihan kondisi fisik ke keadaan semula relatif cepat.
Tahun 1990 - Sekarang
Bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan ISTN Jakarta. Sampai saat mi masih diteliti tentang Explosive Power.



Wednesday, September 9, 2009

Keilmuan Merpati Putih

Dalam keilmuannya, Merpati putih memiliki berbagai keahlian dan bakat dari masing-masing anggota, diantaranya : Getaran, Power, Naluri, Lontaran, Pengobatan, Bara api, dan masih banyak lagi. Dari semua ilmu itu didapat dengan olah pernapasan dan tak lepas juga dari peregangan otot, Peregangan adalah salah satu bentuk persiapan awal dalam melakukan aktivitas olahraga, termasuk olahraga beladiri. Pada perguruan beladiri modern biasanya dalam latihan sudah dimasukkan unsur ilmu kesehatan dan olahraga, di antaranya teknik peregangan. Teknik peregangan perlu dikuasai oleh para pelatih dan atlet karena manfaatnya sangat besar, namun tentu saja setiap cabang olahraga di samping memiliki teknik peregangan yang bersifat umum juga memiliki teknik peregangan yang lebih spesifik. Pada kesempatan ini sebagai pendahuluan akan diuraikan beberapa manfaat melakukan pemanasan, peregangan, serta beberapa kondisi yang tidak dianjurkan untuk melakukan peregangan.
Sebelum melakukan peregangan sebaiknya terlebih dahulu melakukan pemanasan (warm-up), walaupun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa pemanasan sebaiknya dilakukan setelah melakukan peregangan. Pemanasan merupakan salah satu bagian dasar dari program latihan permulaan yang terdiri dari sekelompok latihan yang dilakukan pada saat hendak melakukan aktivitas olahraga.
Beberapa manfaat melakukan pemanasan adalah sebagai berikut:
· Meningkatkan suhu tubuh beserta jaringan-jaringannya.
· Menaikkan aliran darah melalui otot-otot aktif.
· Meningkatkan detak jantung sehingga dapat mempersiapkan bekerjanya sistem jantung dan pembuluh darah (cardiovaskular).
· Menaikkan tingkat energi yang dikeluarkan oleh metabolisme tubuh.
· Meningkatkan pertukaran (pengikatan) oksigen dalam hemoglobin.
· Meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal saraf yang memerintah gerakan tubuh.
· Meningkatkan efisiensi dalam proses reciprocal innervation, sehingga memudahkan otot-otot berkontraksi dan rileks secara lebih cepat dan efisien.
· Meningkatkan kapasitas kerja fisik atlet.
· Mengurangi adanya ketegangan pada otot.
· Meningkatkan kemampuan jaringan penghubung dalam gerakan memanjang atau meregang.
· Terjadi peningkatan kondisi tubuh atlet secara psikologis.
Intensitas dan lamanya waktu dalam melakukan pemanasan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan fisik atlet dan kondisi yang ada. Pada intinya, pemanasan tersebut harus dilakukan cukup intensif untuk meningkatkan suhu tubuh sehingga menyebabkan berkeringat, akan tetapi jangan melakukan pemanasan terlalu berlebihan sehingga menyebabkan keletihan. Pada cuaca yang dingin latihan pemanasan tersebut dapat dilakukan secara lebih intensif lagi.
Setelah selesai melakukan pemanasan, barulah mulai melakukan peregangan. Salah satu tujuan peregangan adalah untuk mencapai kelenturan, yaitu kemampuan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan. Meskipun demikian, peregangan hanya bermanfaat apabila dilakukan secara benar sebagaimana mestinya. Beberapa alasan mengapa para atlet melakukan peregangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kelenturan tubuhnya adalah sebagai berikut:
· Dapat meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet.
· Bisa mengoptimalkan daya tangkap, latihan, dan penampilan atlet pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih.
· Dapat meningkatkan mental dan relaksasi fisik atlet.
· Dapat meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh atlet.
· Dapat mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot (kram)
· Dapat mengurangi risiko cedera punggung
· Dapat mengurangi rasa nyeri otot.
· Dapat mengurangi rasa sakit yang menyiksa pada saat menstruasi bagi atlet wanita.

Sejarah Tradisi Merpati Putih

Tradisi adalah upaya pelestarian sejarah keilmuan Merpati Putih. Tradisi pertama kali dilaksanakan pada tahun 1971 menjelang pergantian tahun baru Jawa yaitu menjelang tanggal 1 Suro ( Muharam). Kemudian berganti menjadi tanggal 31 Desember menjelang tanggal 1 Januari dan akhirnya ditetapkan kembali di bulan Suro. Saat ini tradisi tidak dilaksanakan tepat menjelang 1 Suro dengan pertimbangan kondisi Parangkusumo pada saat malam menjelang 1 Suro penuh sesak oleh masyarakat umum dan pedagang, sehingga mengurangi kehimatan dan mengganggu acara inti tradisi.

Kala itu, acara tradisi diawali dengan acara pembukaan di alun-alun selatan Kraton Yogyakarta dengan acara perguruan kemudian berangkat menuju pantai Parangkusumo. Peserta diberangkatkan dari Bumijo, salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta, pada pagi hari yang diikuti kurang lebih 50 anggota dari Cabang Yogyakarta. Perjalanan dari Yogyakarta ke Prangkusumo ini ditempuh dengan berjalan kaki pergi pulang. Menjelang tiba di pantai Parangkusumo mereka harus menyeberangi kali Opak karena pada waktu itu belum ada jembatan Kretek.

Pada bulan Desember 1978, dalam perjalanan melewati arus Kali Opak yang cukup deras karena musim penghujan, Mas Pung menunjuk lima orang anggota untuk mencari rute penyeberangan kali Opak tetapi menjelang tepi sungai terjadi musibah. Tiga dari lima orang pemandu jalan tersebut hanyut terseret arus. Dari ketiga orang tersebut , dua orang dapat diselamatkan dan satu orang yaitu Mas Ginanto hilang ditelan ombak kali Opak dan jasadnya tidak dapat ditemukan meskipun telah dilakukan pencarian dengan menyusuri kali Opak sampai laut selatan.

Karena peristiwa ini dalam acara tradisi selanjutnya tidak melewati Kali Opak, tapi naik kendaraan dengan memutar melewati jembatan Siluk (daerah Siluk ini kemudian dijadikan sebagai tempat start anggota Merpati Putih Cabang Yogyakarta yang akan dilatik ke tingkat Kombinasi 1) dan turun kaki gunung botak kemudian melintasi gunung botak menuju Pantai Parangkusumo. Perjalanan melintasi gunung botak ini sebagai ganti perjalanan Yogya – Parangkusumo. Dalam acara tradisi selanjutnya, sebelum melintasi gunung botak selalu diadakan acara tabur bunga di Kali Opak untuk mengenang Mas Ginanto yang hilang di Kali Opak pada waktu itu.

Sejak tradisi 2008 ini, acara tabur bunga tidak hanya mengenang Mas Ginanto. Acara tabur bunga dilakukan untuk mengenang pula 3 anggota Merpati Putih yaitu Mas Fadhli, Mas Bayu dan Mas Leo yang gugur saat Ujian Kenaikan Tingkat Nasional 2007 pada tanggal 8 September 2007.

Dalam pelaksanaan tradisi sekarang, peserta dibagi menjadi dua rombongan. Rombongan pertama yang terdiri dari Pewaris, Senior dan perwakilan cabang-cabang nyekar (ziarah) ke makam Sang Guru Saring Hadi Poernomo dan makam Mas Budi Santoso Hadi Poernomo di Ngulakan, Wates, Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan rombongan yang lain melakukan kegiatan seperti disebutkan diatas.

Prosesi selanjutnya di Parangkusumo, seluruh peserta melakukan acara Jamasan dimana tersedia 3 kuali yang berurutan berisi air bersih, air merang ketan hitam, dan air bunga sebagai pengharum, sehingga dengan berbekal kebersihan diri seluruh peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian acara tradisi dengan hati, jiwa dan pikiran yang jernih.

Monday, September 7, 2009

Kurikulum Pendidikan dan Latihan Merpati Putih


Pendidikan dan latihan di dalam PPS Betako Merpati Putih meliputi :

· Pendidikan dan latihan keterampilan dalam seni beladiri dan tata pernafasan.

· Pendidikan dan latihan bidang kepemimpinan dan organisasi, serta pendidikan latihan bidang intelektual lainnya.

Lama pendidikan setiap tahap, bergantung pada tingkatan yang berhasil dicapai. Setiap tingkatan mempunyai seragam latihannya serta materi dan tahap pencapaiannya berlainan.

Pakaian seragam latihan yang digunakan berupa : baju seragam warna putih dan celana panjang warna hitam (celana pangsi), dengan kelengkapannya berupa:

· Lambang ukuran besar, yang diletakkan di bagian dada sebelah kiri.

· Lambang ukuran kecil, yang diletakkan di salah satu ujung ikat pinggang.

· Ikat pinggang/sabuk warna merah atau putih.

· Pita, yang berbeda warna setiap tingkat dan diletakkan di atas lambang ukuran kecil.

1. Tingkat Dasar I

Merupakan calon anggota PPS Betako Merpati Putih. Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang putih dan belum memakai lambang ukuran besar.

Materi pendidikan dan latihan:

a. Teknik beladiri :

· Langkah, gerak dasar, serta rangkaian gerak dasar di tempat.

· Rangkaian gerak pengarahan dan gerak praktis

b. Latihan Pernafasan untuk Dasar I

c. Materi Ujian :

· Teknik beladiri.

· Tenaga, dengan materi : lari minimal 10-20 km, dan pemukulan benda keras (sebuah baris beton diameter 20 cm dan tiga rangkai tegel). Dua buah sasaran yang dilaksanakan dua kali nafas.

2. Tingkat Dasar II

Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang warna merah dan pemberian lambang ukuran besar.

a. Teknik beladiri

· Gerak dasar

· Rangkaian gerak : gerak di tempat, pengarahan , gerak terikat, berpasangan.

· Dasar-dasar perkelahian bebas.

b. Latihan pernafasan untuk Dasar II.

c. Materi Ujian :

· Teknik beladiri, rangkaian gerak dan perkelahian bebas.

· Tenaga, dengan materi : lari sejauh 10-20 km dan pemukulan dua buah beton diameter 30 posisi labil cm dan satu buah beton dengan posisi stabil. Dua sasaran dalam dua kali nafas.

3. Tingkat Balik I

Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dan lambang ukuran besar dan kecil.

Materi pendidikan dan latihan :

a. Teknik beladiri

· Gerak Dasar.

· Rangkaian gerak : Pengarahan, terikat, praktis, perkelahian bebas, berpasangan, dan tangkap kunci.

b. Latihan Pernafasan untuk Tingkat Balik I.

c. Materi Ujian :

· Teknik beladiri rangkaian gerak terikat dan bebas dan perkelahian bebas.

· Tenaga dengan materi lari 10-20 km dan pemukulan tiga sasaran utama, balok es dengan posisis labil dengan sekali nafas.

4. Tingkat Balik II

Lama pendidikan 6 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar kecil, serta pita warna merah dengan lis hitam.

Materi Pendidikan dan Latihan :

a. Teknik beladiri :

· Gerakan tangan dan kaki.

· Rangkaian gerak : terikat, praktis, bebas, dan berpasangan.

· Perkelahian bebas.

b. Latihan Pernafasan untuk Balik II.

Kemampuan untuk menghancurkan lima sasaran dengan sekali nafas. Sasaran utama berupa batu kali posisi stabil dan materi variasi tingkat dasar I s/d balik I.

c. Materi Ujian :

· Teknik beladiri : rangkaian gerak dan perkelahian bebas.

· Tenaga : lari sejauh 10-20 km dan pemukulan sasaran utama berupa sebuah batu kali dengan posisi stabil.

5. Tingkat Kombinasi I

Lama pendidikan 9 bulan dan masa pengabdian selama 12 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna jingga.

a. Teknik beladiri

· Rangkaian gerak terikat

· Kuncian dan gerakan praktis defensif.

· Pengulangan rangkaian-rangkaian gerak.

· Perkelahian bebas.

b. Latihan Pernafasan untuk Kombinasi I.

Kemampuan untuk menghancurkan 7 sasaran dalam sekali nafas. Sasaran utama berupa batu kali posisi labil dan materi variasi tingkat Dasar I s/d tingkat Balik II materi tambahan pompa dragon .

c. Getaran Pribadi.

d. Pengetahuan tentang syaraf untuk menangani latihan.

e. Materi Ujian :

· Teknik beladiri, perkelahian bebas, tangkap kuncian dan rangkaian gerak terikat.

· Tenaga, dengan materi lari 10-20 km dan pemukulan sasaran utama berupa batu kali posisi labil.

6. Tingkat Kombinasi II

Lama pendidikan 9 bulan dan masa pengabdian selama 12 bulan dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna kuning.

Materi Pendidikan dan Latihan :

a. Teknik beladiri :

· Kuncian dan gerakan praktis ofensif. Rangkaian-rangkaian gerak perkelahian bebas.

b. Latihan Pernafasan untuk Kombinasi II.

Kemampuan menghancurkan 9 sasaran dalam sekali nafas. Sasaran utama berupa pompa dragon rangkap dua posisi stabil dan materi variasi tingkat Dasar I s/d tingkat Kombinasi I.

c. Getaran Alam.

d. Materi Ujian :

· Teknik beladiri (seluruh teknik beladiri tingkat dasar I s/d kombinasi I

· Gerak naluri

· Tenaga : lari 10-20 km dan pemukulan sasaran utama berupa pompa dragon rangkap dua dengan posisi stabil.

7. Tingkat Khusus I ( Khusus Tangan )

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang warna merah dengan lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna hijau.

Materi Pendidikan dan Latihan :

a. Teknik beladiri :

· Rangkaian gerak.

· Gerak teknik khusus tangan.

· Pengenalan dan penguasaan permainan senjata pendek.

b. Latihan Pernafasan untuk Khusus I.

Kemampuan menghancurkan 9 sasaran dengan nafas sesaat. Sasaran utama berupa per baja posisi stabil dan materi variasi tingkat Dasar I s/d tingkat Kombinasi II.

c. Getaran : gerak naluri.

d. Materi Ujian :

· Teknik beladiri.

· Pemukulan per baja.

Tingkat Khusus II (Khusus Kaki)

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan ikat pinggang warna merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna biru.

Materi Pendidikan dan Latihan :

a. Teknik beladiri :

· Permainan jarak dekat.

· Pengenalan dan penguasaan permainan senjata bersifat lentur dan panjang.

b. Latihan Pernafasan untuk Khusus II.

c. Getaran.

d. Materi Ujian :

Teknik beladiri dan tenaga. Pengerahan kekuatan kaki dengan melenting 1,5 kali badan dengan arah ke kiri, ke kanan, depan, dan belakang.

8. Tingkat Khusus III ( Khusus badan)

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan ikat pinggang merah dengan lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna nila.

9. Tingkat Kesegaran

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna ungu.

10. Tingkat Inti I

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna putih.

11. Tingkat Inti II

Lama pendidikan setahun dengan tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah, lambang ukuran besar dan kecil, serta pita warna merah dan putih.

Ratings and Recommendations by outbrain