Friday, August 20, 2010

Filosofi Pencak Silat - Mengungkap Kearifan di Balik Kekerasan

Oleh Bapak Gending Raspuzi  SH(Guru Pencak Silat Jawa Barat)

Di awal tahun 1980-an, selepas Shalat Isya, di kaki Gunung Karang nun jauh di Pandeglang Banten, seorang Guru sedang memberi petuah kepada muridnya. Dia memperagakan jurus, tubuhnya bergerak diikuti dengan langkah waspada, dibarengi dengan gerak tangan yang sangat lembut. Sambil bergerak ia bertutur dalam bahasa Sunda:

Sarigig kudu jeung harti, salengkah jeung pipikiran,
Mun sidik alus lakonan, mun sidik goreng singkahan,
Cokot nu alusna, piceun nu gorengna,
Urang pulangkeun deui ka Nu Agung.

Sambil memberi contoh gerak, Sang Guru memberi petuah berupa Kaedah Silat, diawali dengan mewanti-wanti bahwa setiap gerak apapun harus memiliki arti, maksud dan tujuan (sarigig kudu jeung harti). Sambil melangkah ia berujar, “Langkah kita baik maju, mundur, atau ke samping harus dilakukan dengan pikiran dan hati tenang penuh kewaspadaan.” (salengkah jeung pipikiran). “Jika posisi kita dirasakan menguntungkan, maka lanjutkan, tapi jika posisi kita dirasakan merugikan, janganlah gerak itu diteruskan.” (mun sidik alus lakonan, mun sidik goreng singkahan).
Ia melanjutkan gerakan jambretan dan ririkesan dengan kecepatan yang luar biasa sambil berujar “Jika ada anggota tubuh lawan yang tidak terjaga, misalnya tangan atau jari, cepatlah ambil dengan teknik kuncian atau patahan.” (cokot nu alusna), kemudian dengan gerakan ringan dan cepat ia memperagakan gerakan coplosan dan liliwatan, “Jika tenaga lawan dirasakan berat, jangan ditahan! belokkan atau dibuanglah!” (piceun nu gorengna), dan diakhiri dengan gerakan jeblag sambil menghentakkan kaki ke tanah ia berujar, “Jika badan lawan sudah tidak terhalang lagi maka lakukanlah serangan balik.” (urang pulangkeun deui ka Nu Agung).
Si Murid mengikuti gerakan sambil mencoba merenungkan apa yang dikatakan gurunya.

Begitulah, Sang Guru mencoba menerangkan kaidah pencak silat lewat bahasa gerak dan diperkuat dengan bahasa lisan.
Menjelang tengah malam, Sang Guru kembali berujar: “Sesungguhnya kaidah yang telah disampaikan tadi, bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal kamu dalam mengarungi hidup ini.”

Bagaimana uraian Sang Guru? Nanti kita sambung lagi.

(Untuk teman-teman penggemar pencak silat, mari bergabung di Grup Garis Paksi, (http://www.facebook.com/profile.php?id=1139813199&ref=ts#!/garispaksi?ref=ts) kita bisa berdiskusi sampai puas dalam rangka silih simbeuhan ku pangarti (saling berbagi, sharing).

MELIHAT TANPA MATA

Interview terakhir Alm Mas Budi dengan Majalah INTISARI tahun 1999.

Selain mata, manusia rupanya diberi "indera penglihatan kedua". "Mata kedua" itu bisa berupa ujung hidung atau ujung telinga, sentuhan tangan, ujung jari, atau ujung siku. Dengan latihan tertentu, seorang tunanetra bahkan mampu "melihat" seperti halnya orang biasa.

Suatu hari di tahun 1945 seorang pria bernama Kuda Bux menunggangi sepeda, lalu mengayuhnya, menembus lalu lintas New York. Ia menerobos Times Square yang ramai, dan akhirnya tiba di tempat tujuan, tanpa celaka sedikit pun. Tampaknya, itu peristiwa biasa. Namun ternyata ia melakukannya dengan mata tertutup rapat. Bagaimana ia bisa "melihat" arah tujuannya? Pertanyaan yang tetap belum ditemukan jawabannya itulah yang membuat Bux terkenal pada 1930 - 1940-an.

Jauh sebelum itu ilmuwan Irlandia Robert Boyle (1627 - 1691) menemukan kasus tentang seorang pria yang dapat mengenali warna lewat sentuhan tangannya. Kemudian pada tahun 1893 beberapa dokter di Brooklyn, New York, menceritakan bagaimana Mollie Fancher yang tunanetra membaca buku cetak standar - bukan berhuruf braille - dengan ujung jarinya.

Pada saat bersamaan di Italia ahli saraf dr. Cesare Lombroso mengamati gadis tunatera berusia 14 tahun yang dapat "melihat" dengan telinga kiri dan ujung hidung. Ketika Lombroso mencoba menusuk hidungnya dengan sebatang pinsil, gadis itu tersentak menyingkir dan menangis, "Kamu ingin membuatku buta, ya?"

Thursday, April 1, 2010

BREAKING NEWS

SELAMAT ULANG TAHUN KE-47 
(2 April 1962- 2 April 2010) 
PPS BETAKO MERPATI PUTIH
 Semoga perguruan yang kita cintai ini semakin berjaya, amin

Jogging Beladiri (Bagian 1)

Prinsip jogging atau berlari sebagai cara unruk memahirkan beladiri tidaklah sama dengan prinsip berlari marathon. Walaupun aktifitasnya sederhana tetapi berlari merupakan aspek penting dalam seni beladiri. Seorang petarung membutuhkan latihan lari untuk sirkulasi udara yang ada dalam tubuh dan untuk pembakaran energi. Karena, banyaknya kandungan oksigen yang tersimpan pada diri seorang petarung akan menentukan persediaan energi dan kekuatan tubuh dalam sebuah pertarungan.

Dengan berlari kita dapat mengkondisikan tubuh untuk mengatur energi yang ada dalam jangka waktu lama dan dapat berperan dalam memulihkan tenaga dalam waktu cepat. Tujuan latihan jogging atau berlari dalam ilmu beladiri adalah untuk:

1. Mampu memiliki tenaga eksplosif,
2. Meningkatkan daya tahan tubuh,
3. Meningkatkan kecepatan.
4. Melatih gerakan tubuh agar efektif dan harmonis.
5. Memperoleh kemampuan beladiri.
6. Menghindari serangan.
7. Melatih kegesitan gerakan kaki.
8. Menurunkan berat badan dan memelihara kesehatan.
9. Meditasi.
10. Menambah kepercayaan diri.

Hanya Perlu Waktu Sebentar
Sebenarnya hanya dibutuhkan waktu 10- 30 detik hingga 3 menit untuk latihan berlari jarak pendek dan 12-45 menit untuk latihan jarak jauh. Jika mengacu pada standar aerobik, seseorang akan mampu melakukan aerobik dan mencapai target selama 12 menit. Jangka waktu tersebut tidak termasuk pemanasan dan pemulihan. Lebih banyak otot yang bergerak, maka waktu pencapaian target maksimal akan lebih singkat. Contohnya adalah loncat tali dan mendayung dapat meraih target maksimal hanya dalam jangka waktu 1 menit Jika tujuan jogging adalah untuk menurunkan berat badan maka dibutuhkan waktu berlari selama 12 menit untuk mencapai target sehingga dapat membakar lemak dengan efisien. Prinsip berlari dalam ilmu beladiri adalah seringnya latihan berlari bukan lamanya waktu berlari. Dengan kata lain akan lebih efektif dengan berlari 12 menit 6 kali seminggu daripada berlari 30 menit 3 kali seminggu.


Thursday, March 25, 2010

Merpati Putih Awakening 2010

..terbesit dari sebuah lamunan di temani sebatang rokok ketika melihat atraksi beladiri asing di La Piazza ... Sudah waktunya Merpati itu bangun dari tidurnya yang cukup panjang dan terbang tinggi melalang jagat...

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Guru Besar, Jajaran Dewan Guru, Pengurus Pusat, Panitia MP Awakening, Para Donatur dan Rekan-rekan MP baik Senior maupun Junior dan La Piazza.

Tim Atraksi : Cab. Kabupaten Tangerang, Cab. Indramayu, Cab. Jakarta Utara, SD Makassar, Tim MP Free Style, Mbak Hilda Ridwan Mas.

Bintang Tamu : Mbak Julia Perez, Mas Ikang Fawzi

Awal suatu kebangkitan memanglah tidak mudah, tapi merupakan suatu langkah untuk bangkit, tumbuh dan berkembang. Semoga ini bukanlah event sesaat, tetapi merupakan awal bangkitnya perguruan kita untuk menempuh program - program selanjutnya :
* Kerjasama dengan PMI dan Palang Merah Dunia
* MP on the Stage (world tour)
* Kejurnas V (July 2010)
* MP goes to school

"Awakening is an Inspiration, a quickening of all man's faculties, and it is manifested in all high artistic achievements..."
Source : Mas Hemi

Wednesday, February 24, 2010

BELAAN (DEFENSE)

Oleh Bapak Gending Raspuzi SH (Guru beberapa Aliran Pencak Silat Jawa Barat dan Banten) dan Boy Syahputra (Praktisi Pencak Silat).

Dalam beladiri, unsur teknik pembelaan merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap jenis beladiri. Namun, jika dipandang sebagai suatu sistem yang utuh, masing-masing beladiri pada umumnya dilengkapi dengan teknik serangan di samping belaan. Beladiri yang bersifat defensif, biasanya selalu menunggu serangan lawan daripada melakukan serangan terlebih dahulu. Dalam mengantisipasinya, dapat kita lihat berbagai cara dilakukan agar serangan tersebut dapat digagalkan.

Setiap beladiri memiliki teknik belaan tersendiri dalam mengantisipasi setiap serangan. Teknik belaan yang digunakan bergantung pada jenis serangan yang dilancarkan oleh lawan. Di samping itu, falsafah beladiri yang dianut turut pula mempengaruhi jenis belaan yang diterapkan oleh masing-masing praktisi beladiri. Sebelum membahas lebih jauh mengenai teknik belaan, terlebih dahulu kita kategorikan berbagai macam serangan yang mungkin dilancarkan oleh lawan. Pada umumnya jenis serangan yang sering dipergunakan dalam suatu perkelahian adalah sebagai berikut:

1. Pukulan, yaitu segala jenis serangan dengan cara membenturkan salah satu bagian tangan ke arah sasaran.
2. Tendangan, yaitu segala jenis serangan dengan cara membenturkan salah satu bagian kaki ke arah sasaran.
3. Jatuhan atau bantingan, yaitu segala jenis serangan dengan maksud menghilangkan keseimbangan dan menjatuhkan lawan.
4. Tangkapan, cengraman, kuncian, dan patahan, yaitu segala jenis serangan agar lawan tidak leluasa melakukan serangan atau belaan, pada kondisi tertentu dapat mengakibatkan bagian tubuh patah.

Monday, February 22, 2010

Teknik Memukul Benda Keras Merpati Putih

Oleh Mas Ferry Hendarsin (Pelatih Nasional Merpati Putih)

Teknik mematahkan dan memecahkan benda keras tidak lagi identik dengan Karate seperti halnya di tahun 70- 80-an. Hal ini terjadi karena pada sekitar tahun 70-an salah satu perguruan silat juga melakukan teknik pemukulan benda yang diikuti juga dengan perguruan-perguruan lainnya. Pematahan dan pemecahan dapat dijelaskan secara lebih ilmiah, sebagai berikut :

Benda Keras
Contoh, benda keras, balok beton dengan panjang 40 cm, lebar 15 cm, dan tebal 5 cm. Bila kedua ujung beton ini disangga dan dipukul titik tengahnya maka diperlukan energi sembilan joule, hal ini sama dengan energi benda yang dihasilkan bila benda seberat satu kg dijatuhkan dari ketinggian 90 cm. Walaupun balok beton ini kelihatan keras dan kaku, namun menurut ilmu mekanika balok beton memiliki sedikit kelenturan. Demikian pula dengan balok es, kikir atau lempengan besi baja. Per mobil termasuk mempunyai kelenturan yang lebih tinggi. Kelenturan sangat mempengaruhi proses patahnya benda dan proses tumbukan antara tangan dan benda.

Tangan
Tangan dibagi atas telapak, hasta, pergelangan, dan siku. Pada proses tumbukan sebagian tenaga terserap oleh kelenturan otot. Secara sederhana dibayangkan bahwa tenaga yang diserap oleh perubahan bentuk otot menyerupai dengan tenaga untuk membengkokkan lengan seseorang yang sedang dikejangkan. Sejumlah tenaga pada proses tumbukan telah digunakan untuk mengubah bentuk otot pada sisi telapak serta otot-otot lainnya pada telapak, pergelangan, dan siku. Tulang manusia sebenarnya sangat kuat, menurut ilmu mekanika, tulang manusia dapat menanggung kerapatan gaya (stress) sampai empat puluh kali lipat dibandingkan beton.

Ratings and Recommendations by outbrain