Wednesday, September 9, 2009

Sejarah Tradisi Merpati Putih

Tradisi adalah upaya pelestarian sejarah keilmuan Merpati Putih. Tradisi pertama kali dilaksanakan pada tahun 1971 menjelang pergantian tahun baru Jawa yaitu menjelang tanggal 1 Suro ( Muharam). Kemudian berganti menjadi tanggal 31 Desember menjelang tanggal 1 Januari dan akhirnya ditetapkan kembali di bulan Suro. Saat ini tradisi tidak dilaksanakan tepat menjelang 1 Suro dengan pertimbangan kondisi Parangkusumo pada saat malam menjelang 1 Suro penuh sesak oleh masyarakat umum dan pedagang, sehingga mengurangi kehimatan dan mengganggu acara inti tradisi.

Kala itu, acara tradisi diawali dengan acara pembukaan di alun-alun selatan Kraton Yogyakarta dengan acara perguruan kemudian berangkat menuju pantai Parangkusumo. Peserta diberangkatkan dari Bumijo, salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta, pada pagi hari yang diikuti kurang lebih 50 anggota dari Cabang Yogyakarta. Perjalanan dari Yogyakarta ke Prangkusumo ini ditempuh dengan berjalan kaki pergi pulang. Menjelang tiba di pantai Parangkusumo mereka harus menyeberangi kali Opak karena pada waktu itu belum ada jembatan Kretek.

Pada bulan Desember 1978, dalam perjalanan melewati arus Kali Opak yang cukup deras karena musim penghujan, Mas Pung menunjuk lima orang anggota untuk mencari rute penyeberangan kali Opak tetapi menjelang tepi sungai terjadi musibah. Tiga dari lima orang pemandu jalan tersebut hanyut terseret arus. Dari ketiga orang tersebut , dua orang dapat diselamatkan dan satu orang yaitu Mas Ginanto hilang ditelan ombak kali Opak dan jasadnya tidak dapat ditemukan meskipun telah dilakukan pencarian dengan menyusuri kali Opak sampai laut selatan.

Karena peristiwa ini dalam acara tradisi selanjutnya tidak melewati Kali Opak, tapi naik kendaraan dengan memutar melewati jembatan Siluk (daerah Siluk ini kemudian dijadikan sebagai tempat start anggota Merpati Putih Cabang Yogyakarta yang akan dilatik ke tingkat Kombinasi 1) dan turun kaki gunung botak kemudian melintasi gunung botak menuju Pantai Parangkusumo. Perjalanan melintasi gunung botak ini sebagai ganti perjalanan Yogya – Parangkusumo. Dalam acara tradisi selanjutnya, sebelum melintasi gunung botak selalu diadakan acara tabur bunga di Kali Opak untuk mengenang Mas Ginanto yang hilang di Kali Opak pada waktu itu.

Sejak tradisi 2008 ini, acara tabur bunga tidak hanya mengenang Mas Ginanto. Acara tabur bunga dilakukan untuk mengenang pula 3 anggota Merpati Putih yaitu Mas Fadhli, Mas Bayu dan Mas Leo yang gugur saat Ujian Kenaikan Tingkat Nasional 2007 pada tanggal 8 September 2007.

Dalam pelaksanaan tradisi sekarang, peserta dibagi menjadi dua rombongan. Rombongan pertama yang terdiri dari Pewaris, Senior dan perwakilan cabang-cabang nyekar (ziarah) ke makam Sang Guru Saring Hadi Poernomo dan makam Mas Budi Santoso Hadi Poernomo di Ngulakan, Wates, Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan rombongan yang lain melakukan kegiatan seperti disebutkan diatas.

Prosesi selanjutnya di Parangkusumo, seluruh peserta melakukan acara Jamasan dimana tersedia 3 kuali yang berurutan berisi air bersih, air merang ketan hitam, dan air bunga sebagai pengharum, sehingga dengan berbekal kebersihan diri seluruh peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian acara tradisi dengan hati, jiwa dan pikiran yang jernih.

No comments:

Ratings and Recommendations by outbrain